Can’t We Together? Part 1

Yuri pov

Hai, aku kwon yuri. Seorang dokter di Seoul’s Hospital. Mendengar kata seorang dokter pasti dalam pikiran kebanyakan orang adalah seorang ajushi-ajushi tua. Maaf aku seorang namja tampan dan umurku baru 22 tahun.. ingat 22. Belum tua kan? Wkwk
“dokter kwon segera ke ruang UGD”

Perintah dari intercom membuatku melepaskan pspku dan segera memakai kacamata serta jubah dokterku dan berlari menuju ruang yang dimaksud

“dokter tekanan darah turun” lapor seorang suster begitu aku memasuki ruang UGD

Aku mulai menjalankan tugasku sebagai seorang dokter. Melayani dengan baik. Pasien ini benar2 dalam keadaan kritis.
Dia seorang yeoja. Sangat cantik. Dengan hati2 ku periksa tubuhnya memasangkan berbagai alat yang dapat menunjang hidupnya

“dokter tekanan darah dan denyutnya semakin turun”
“ambilkan pemacu”

Dengan segera ku gunakan alat itu pada gadis ini
Berulang2

“berhasil” gumanku

Dokter2 lain dan para suster tersenyum legah. Mereka semua membungkuk padaku aku hanya tersenyum dibalik maskerku dan kemudian beranjak membiarkan mereka melanjutkan tugas mereka

***

Siang ini aku melakukan pemeriksaan rutin pada pasien2ku

“siang nona jung” sapa ku.

Ini yeoja yang kemarin kurawat. Keadaannya belum juga membaik. Namun sepertinya ia merasa lebih baik sekarang
Nona jung atau yeoja yang bernama Jessica Jung ini hanya menatapku sebentar kemudian mengalihkan lagi pandangannya pada jendela yang tertutup tirai itu

“aku akan memeriksamu.. jadi mohon berbalik” pintaku

Dengan malas ia berbalik menghadapku. Membiarkan aku meletakan stetoskopku didadanya. Sepertinya ia cukup baik hari ini..

“okay.. seperti nya kau makin membaik saja. Jangan lupa minum obatmu dan istirahat yang bnyak” ucapku yang dibalas dengan tatapan dinginnya

Ia masih tetap diam menatap tirai itu. Aku juga tdak mau beranjak. Aku masih sangat penasaran pada yeoja ini. Apa ia sudah tidak memiliki harapan untuk hidup? Aku tahu penyakitnya belum memiliki obat. Namun apa salahnya berharap

Author pov

Yuri memberanikan diri menyibakan tirai yang sedari tadi ditatap Jessica.
Jessica tampak sedikit terkejut namnun sama sekali tidak menampilkan wajah terkejutannya.

“lebih baikan?” ucap Yuri memecahkan keheningan

Jessica hanya menatap Yuri lalu kembali melemparkan pandangannya ke arah jendela yang terbuka lebar

***

Jessica pov

Aku jessica jung. Yeoja dingin yang tak punya tujuan hidup. Setiap hari hana kulakukan menatap tirai kamar rumah sakit. Tdk ada seorangpun yang berani melakukan hal yang barusan dokter lakukan padku. Ia memang beda. Ia kwon Yuri.

Dokter yang sejak awal merawatku. Sejak pertama bertemu aku merasa nyaman padanya. Dan rasanya aku mencintainya. Tapi tidak bisa. Tidak. Aku tidak bisa karena kondisiku. Seorang dokter setampan Yuri mana mau bersamaku. Memang dari yang kudengar ia sama sekali belum pernah mempnyai pacar. Sama denganku..

Aku sengaja tidak terlalu memperdulikannya. Bersikap dingin dan acuh. Karena aku tdak mau terlalu jauh mencintainya. Tidak..tidak bisa. Aku takut aku makin mencintainya dan pada akhirnya aku akan sakit hati. Lebih baik jangan

“Jessica-sshi aku permisi. Jaga kesehatan anda”

Suara yuri terus mengema ditelingaku. Sungguh, aku sangat senang mendengarnya memanggil namaku sangat lembut. Tatapan matanya ketika merawatku, senyumnya saat aku merasa kesakitan semuanya! Semua yang da didalam diri mu Yuri.

‘can i get you?’

***

Author pov

Seperti hari-hari sebelumnya. Jessica mengikuti berbagai therapy.

“okay Jessica-sshi… rileks sja yah..” ucap yuri dengan perlahan meletakan selang2 itu didada Jessica

Jessica menutup erat kedua matanya. Tidak sanggup menahan sakitnya ketia mesin itu dinyalakan
Yuri yang mengawasinya tidak sampai hati
Entah dorongan apa, ia mengusap pelan puncak kepala jessica

“tenang Jessica.. in tdiak akan lama”
Yuri tersenyum menatap mata coklat Jessica. Seketika rasa sakit nya sedikit berkurang. Jessica membalas tatapan mata Yuri
Hingga akhirnya jessica sadar dan memilih menutup kedua matanya
‘oh tidak… jangan sampai perasaan itu muncul lagi’ batin jessica


Berjam2 berlalu
“nah. Selesai.. istirahatlah Jessica” ucap Yuri tersenyum dengan hati2 mengelap dada jessica yang bsaah karena gel tadi
“dokter..” jessica mulai membuka suaranya dan itu berhasil membuat Yuri menolehkan wajahnya
“ya?”
“kau bisa memanggilku Sica kalau kau mau”
Yuri menjadi sedikit bingung “a-ah tentu saja Sica^^” balas Yuri “kau juga bisa memanggilku Yuri atau Yul kalau kau mau..”
Jessica hanya mengangguk. Terlalu lelah karena proses terapi tadi membuatnya segera tertidur lelap
‘akhirnya aku bisa berbicara dengannya^^’ batin Yuri

***

“Sica hari ini kau boleh pulang”
Dengan berat Yuri mengatakan itu. Sebenarnya ia ingin bersama jessica lebih lama lagi. Tapi tidak mungkin, kondisi jessica kini kian membaik
“emm…” jessica hanya berguman dan tetap duduk di tempat tidurnya menunggu appanya
“sica jaga kesehatan mu”
“emm..”
“minum obat teratur..”
“hmm”

Yuri menjadi sedikit takut untuk menyapanya lebih lanjut. Ia takut melihat wajah dingin jessica
Mereka berdua terdiam hingga ketika Yuri ingin beranjak
“Yul.. bisakah kau main kerumahku ? jika kau punya waktu” kata Jessica pelan
“a-ah tentu saja”
Jessica sedikit terkejut. tak menyangka ajakannya diterima
“gomawo” lanjutnya
“n-ne..”

***
Jessica pov

Hari-hari membosankan dimulai. Lee ajushi tidak mengizinkanku untuk melakukan berbagai kegiatan. Hanya berdiam diri dikamar ditemani beberapa buku dan makanan kecil.

“benar-benar membosankan”gumanku
Tuuk tuuk
“nona Jung.. seseorang ingin menemuimu”
“siapa?”
Heran. Adakah yang ingin bertemu denganku? Seingatku Tiffany sedang berada di LA.
“h-hei sica”
“Yu.ri?”
Aku segera bangkit dari posisi tidurku dan menghampirinya
“h-hei.. bagaimna kabarmu?”
“a-aku baik. Apa yang membuatmu kesini?”
“emm.. hanya ingin mengecek keadaanmu..”

Hanya mengecek? Kukira ia rindu padaku. Sedikit rasa kecewa di benakku. Tapi itu benar aku dan dia hanya sebatas pasien dan dokter. Tidak lebih.

“dan aku ingin bertemu denganmu”
Aku langsung menghadap wajahnya yang memerah. Dia sunguhan?
“huh?”
“ah maaf..”
“tidak.. tidak apa. Aku senang melihatmu”
Gilirannya yang terdiam.
“bagaimana kalau kita jalan2 diluar? Hari ini cuaca baik. Baik buat kesehatanmu”
“baiklah.. aku akan berganti dulu”
Yuri mengangguk dan beranjak dari kamarku.

Yuri pov

Ahh aku gila! Entah keberanian dari mana yang membuatkku berani memasuki rumahnya dan mengajaknya keluar. Ku kira ia akan memberikan tatapan maut nya yang dingin itu. Ternyata tidak
“aku siap”
“ah baiklah.”

Kami berdua memasuki mobilku dan aku segera menjalankannya dengan perlahan
“kau ingin kemana?”tanyaku
“kemana saja”
“bagaimana kalau kebukit?”
“terserah”

Aku mengangguk dan melajukan mobilku ke tempat yang kumaksud
Perjalanan terasa lama, karena tdak ada satu dari kami mau berbicara
“sampai..”

Tanpa menunggu jessica membuka sendiri pintu mobil dan segera keluar. Matanya sangat memancarkan kesenangan. Baru kali itu aku melihat senyumnya
“hei sica! Senyummu sangat indah”
“ne?”
“iya senyum mu sangat indah. Jangan pernah berhenti yah?”
“ne..”

Kami kembali terdiam. Aku menyodorkannya sekotak susu dan ia menerimanya dengan senyuman

“sica.. boleh aku menjadi temanmu?”
“eum? Tentu saja Yul”
“haha gomawo”
“ne..”

Jessica perlahan meninggalkanku berjalan-jalan disekitar rerumputan yang lebat dan tinggi darinya. Disini tidak ada padang bunga yang biasanya ada dibukit2 lainnya. Disini hanya ada rerumputan tinggi dan lebat

“Yul!”
Tiba2 jessica memanggilku. Takut sesuatu terjadi aku segera berlari menemuinya yang sudah tidak terlihat akibat rerumputan yang tinggi

“Sica!!sica!!”
Aku terus menepis rerumputan yang ada dihadapanku sambil meneriaki namanya
“hah..hah..”
Kuatur nafasku yang memburu. Melihatnya baik2 saja membuatku lega
“ada apa?” tanyaku
“lihatt”

Aku terkejut melihat pohon kecil yang ternyata berbunga Hawthorn putih.

“mana mungkin ada pohon ini di antara semak belukar ini?” gumanku

Jessica terus memandangi pohon kecil itu. Melihat wajahnya aku teringat bahasa bunga itu
“sica kamu tahu bahasa bunga hawthorn?”
Ia menggeleng sebagai jawaban
“harapan. Diantara semak belukar ini ternyata masih ada sekecil harapan. Jadi…”
Aku memegang pundaknya agar ia berhadapan denganku. Kutatap matanya dalam
“jadi…?”
“jadi… jangan putus asah sica. Jangan berpikir bahwa kau tidak akan sembuh. Kau pasti akan sembuh. Karena selebat apapun masalahmu pasti ada harapan. Seperti pohon hawthron ini..”
Ia terdiam bingung menatapku. Kurasa kata2ku berhasil membuatnya terdiam.
“sica?”
“Yuri.. aku ingin pulang”
“b-baik”

Jessica pov
Yuri kau gila! Please yuri jangan buat aku makin mencintaimu. Aku tidak mau nantinya aku terluka dan kaupun demikian.
“sica.. sica kau baik2 saja? Kau terlihat kurang baik. Apa kau kelelahan?” pertanyaan Yuri membuatku berbalik menghadapnya
“ah tidak. Apa sudah sampai?”
Yuri mengangguk
“oke.gomawo Yul”
Aku segera keluar dari mobilnya dan segera melangkah kedalam rumah.

Author pov
Yuri hanya menatap punggung jessica yang kian menjauh hingga tak terlihat lagi dimatanya.
Yuri menghela nafas melihat kepergian yeoja yang ia sayangi itu.
“ada yang salah denganku sica?” batin Yuri

tbc

15 pemikiran pada “Can’t We Together? Part 1

  1. Owhh…yulsic
    Thor jangan sampe sad ending ya ff ini, q pengen ada keajaiban bagi orang2 yg pnya harapan, karna bagiku semua bisa terjadi jika kita yakin #plaakk ko jd ƍäª jelas aku nih. Hhehehe

    Mantepppp deh
    Ditunggu kelanjutannya ya..

    Tks

  2. Ff baruuuuu . . .
    Sikasiiik, yulsic !!
    Sica skit kanker kah ƪ(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)Ʃ
    Update soon autor . .
    Yulsic jjang author jjang (ʃƪ´▽`)

Tinggalkan komentar